Sebuah Cerita Ungkapan Ceria

"let's walk through this journey of life together" - RM

Perempuan (empat)

Benci dan suka bisa berganti hanya dalam satu detik, jika ia tak bisa benar-benar menjaga lakunya.

Chaya adalah golongan luar dan paling luar dari sekumpulan sejenisnya yang membentuk “gank”. Jumlahnya entahlah. Yang pasti minoritas di dalam minoritas. Ia bukannya tidak peduli, hanya ia terlalu tidak menyukai sistem pertemanan sejenis itu. Yang bisa ia ingat hanya terbatas, salah satunya motto yang mereka pegang “Satu untuk semua, semua untuk satu. Kakak kelas mereka dengan senang hati menjadikan mereka obyek usilnya mereka, hanya dengan bermodalkan motto itu.
“Gank” itu bukan kumpulan biasa. Ia berisi orang-orang yang cakap, baik secara penampilan maupun keaktifan. Mereka adalah orang-orang yang terbilang populer di tengah minimnya jumlah, dan dipimpin oleh seseorang yang tak kalah populer juga.

Di awal, mereka adalah kelompok yang sangat mengagumkan. Kemanapun selalu bersama-sama, meskipun mereka tidak berasal dari jurusan dan kelas yang sama. Cemara, perempuan yang paling terllihat dalam kelompok itu. Fatwanya memang tidak wajib dilakukan, tetapi bagaimanapun juga harus diupayakan dengan sungguh-sungguh untuk melakukannya. Setiap istirahat, mereka akan otomatis berkumpul di sebuah sudut kantin yang tidak seberapa besarnya. Pulang sekolah pun seperti itu. Mulanya mereka akan berkumpul di sudut yang sama, kemudian mereka akan bergerak sesuai dengan kesepakatan mereka sendiri.

Chaya ada di mana? Tidak di mana-mana. Ia hanya melihat dari jauh rapuhnya sistem pertemanan itu.  Mulanya, Chaya memilih untuk tidak berada di sekolah yang “normal” karena tidak ingin terkungkung oleh sistem-sistem tradisional khas perempuan tersebut. Tetapi di sekolah yang “tak  normal” pun sama. Perempuan meski minor tetap saja membentuk sistem pertemanan macam itu.

“Minoritas di dalam minoritas!”

Chaya masih tak habis fikir. Jumlah jenis mereka tak sampai puluhan, harusnya menjadi satu saja. Toh, harusnya mereka senasib, dan paling tidak memiliki persoalan yang sama. Tetapi nyatanya tak begitu. Dan terciptalah rongga besar yang tak mereka sadari.

“Jangan terlalu benci, nanti bisa suka. Tapi jangan terlalu suka juga, nanti benci”

Agaknya pepatah itu ada benarnya. Entah karena apa, kelompok itupun bak barang pecah belah yang jatuh dari lantai, pecah dan berantakan. Beberapa di antara mereka ada tak saling bertegur sapa. Mungkin karena awalnya mereka terlalu saling suka.

Masing-masing orang di kelompok itu saling berseberangan satu sama lain.
Chaya ada di mana? Ia terseret dalam lingkaran sakit hati itu. Teman sejenisnya tak banyak. Salah satunya adalah Kamboja. Perempuan yang cantik dan pintar tetapi sering Chaya tak mengerti isi kepalanya. Ia hanya “iya-iya” saja menanggapi keluh kesah Kamboja, termasuk tentang Cemara.

Chaya adalah bayangan. Dan saat itu, Kamboja-lah cahayanya.
Apa yang dikatakan Kamboja sudah cukup untuk membuat Chaya menolak pandangan baru. Sedikit demi sedikit ia kehilangan abu-abunya.

Entah bagaimana mulanya, tiba-tiba minoritas di dalam minoritas itupun semakin berkembang biak.
Rapuhnya sudah keterlaluan. Kamboja dan Cemara bisa saling bertukar pujian satu sama lain, tetapi di balik masing-masing mereka bisa saling bertukar makian.

Chaya adalah bayangan. Dan sejenisnya sempurna menjadi cahayanya.
Rasa-rasanya kaum minoritas itu selalu berlandaskan hukum koin mata uang. Mereka bisa menjalankan peran keduanya dengan sangat baik. Tak ada yang protes, karena mereka sama saja. Termasuk Chaya. Cahaya yang diterimanya terlalu kuat, sehingga ia pun semakin pekat. Saat harus berperan A, ia harus memegang SOP A dengan benar. Begitu pula saat ia harus berperan Z.

Yang manakah diri Chaya yang sebenarnya? Ahh.. Terlalu naïf jika menganggap Chaya akan selalu berfikir dan bertindak tentang benar. Toh, dia tak pernah tau juga, apakah A atau Z yang sesungguhnya merupakan kebenaran. Semua berlaku sama.

Mimikri tak hanya dimiliki oleh cicak. Manusia juga punya, termasuk perempuan.
Chaya dan sejenisnya yang lain, bisa saja melakukan teori A dan Z itu sebagai implikasi dari fase mimikri seperti yang dilakukan oleh cicak tersebut. Masuk akal!

Mau  percaya yang mana? A atau Z?
Semoga beruntung… ^^



… (cont. Perempuan (lima))

0 komentar:

Posting Komentar or Reply Comment

About this blog

"Don't start with seeing, start with believing..."
-Master's Sun-

SayaSayaSaya

Foto Saya
metrika
perempuan yang sedang bermetamorfosa jadi semut keciill.. ^^
Lihat profil lengkapku

Blog Archive

Followers