Tugasnya mulia sekali. Orang-orang yang berkendara di belakang akan waspada dan hati-hati jika lampu sein sudah berkedip. Artinya si empunya kendaraan akan berjalan pelan dan akan berbelok ke dua arah, antara ke kanan dan ke kiri.
Tapi tadi pagi, saya cukup dibuat kesal oleh lampu sein. Sebenarnya sudah cukup sering, namun tadi pagi jumlahnya lebih banyak daripada biasanya. Dan itu menjengkelkan.
Pasti setiap pengendara pernah merasakan ada motor (atau mobil) yang bergerak di jalan, dan berada di jalur tengah. Lampu seinnya terus berkeip ke arah kiri. Saya yang baru saja berada di belakang motor itu, sebenarnya ingin menyalip. Karena melihat lampu sein itu, saya tak jadi mengambil jalur kiri untuk mendahului. Tapi semakin saya tunggu, motor itu tak juga menepi. Mau nyalip dari sisi kanan, ia terlalu ke kanan, jadi tak ada ruang untuk menyalip. Cukup lama, sampai kemudian motor yang ada di sebelah saya membunyikan klakson.
Saya sempat berfikir, apakah se-tidak sinkron itukah otak dan tangan pengendaranya? Bagaimana bisa jika otaknya tidak menginstruksikan apapun, tetapi tangannya menyentuj lampu sein? Atau mungkin tangannya hanya ingin bergerak bebas tanpa komando siapapun, termasuk otaknya. Ahh.. yang benar saja. Sejak kapan otak bisa kehilangan wibawa semudah itu?
Dan lagi, hal-hal seperti itu akhirnya malah mengingatkan saya, bahwa kita juga sering bertingkah laku seperti si pengendara motor kampret itu.
Tapi, hidup kita kalau difikir-fikir seperti mengendarai motor itu. Kadang-kadang kita bisa kampret bagi pengendara yang lain. Ada kalanya kita saling mendahului dan didahului. Tak selamanya kita bisa berjalan seiringan, bisa-bisa kena semprot klakson yang bunyinya melebihi bunyi panci yang jatuh dari ketinggian. Mengganggu. Atau ada masanya juga, dimana kita menyalakan lampu sein untuk memberitahukan teman kita tentang arah perjalanan kita selanjutnya, meski kadang arah yang kita berikan tak sesuai dengan kenyataannya. Fase hidup yang sangat lumrah, bukan?
Nah, kembali lagi tentang lampu sein yang berkedip tadi, sebenarnya bagian mana yang keliru? Otak kita yang menyuruh. tangan kita yang mengeksekusi, ataukah otak dan tangan yang kemudian tidak sejalan lagi? Mungkinkah otak dan tangan yang tiba-tiba menginginkan lain? Bagaimana jika kita tidak pernah tahu kekeliruan itu sampai orang-orang meneriaki kebodohan itu? Kalau seperti itu bagian mana yang keliru?
Kita ibaratkan saja pengendara kampret itu kita, dan pengendara lain baik yang berada di depan ataupun di belakang kita adalah teman-teman yang saling mendahului dan didahului. Ketika kita mengisyaratkan lampu sein sebagai simbol tentang perubahan diri kita, kejadian-kejadian tak sesuai rencana bisa terjadi. Siapa yang akan tahu kalau kita bisa merubah arah kita hanya dalam hitungan detik dan tentu saja akan membuat orang yang berada dekat dengan kita akan bingung? Atau siapa yang akan menyangka kalau isyarat perubahan arah tersebut hanya kesalahan karena ketidak sinkronan isi kepala dan anggota tubuh yang lain?
Rasanya agar meminimalisir kekeliruan, yang perlu kita lakukan adalah fokus. Ketika kita fokus, semua yang ada di jalanan akan kita lihat dengan sempurna. Walaupun sempurna hanya milik Andra and The Backbone dan Gita Gutawa saja. Kalau sudah fokus, lampu sein itu tidak akan berkedip jika tidak diinginkan oleh otak. Dan ketika pun kita salah memberikan isyarat akan perubahan arah kita, kita akan cepat sadar dan memperbaikinya.
Mendahului dan didahului adalah fase yang paling lumrah yang terjadi dalam kehidupan kita. Kalau menyalipnya tenang, yang disalip pun tidak akan merasa tersalip. Namun jika yang menyalip ugal-ugalan, rasa jengkel pun pasti tumbuh. Kita memang tak bisa selalu berjalan seiringan, tetapi ketika tujuan kita sama, kita pasti akan bertemu kembali di garis finish. Yang mendahului dan didahului pasti akan saling mengejar. Santunlah dalam berjalan. Hargai dan lihat sekeliling dengan baik. Fokus pada jalan dan berhati-hatilah dalam melangkah. Lihat dengan benar ke arah depan (tujuan kita).
Oiya, satu lagi, jangan lupa membawa SIM dan STNK, serta jangan lupa pakai helm dan kaitkan sampai bunyi klik. Perjalanan aman dan nyaman silahkan dilanjutkan. Dan selamat berjuang... ^^
Lampu Sein
Diposting oleh
metrika
at
Senin, 30 Desember 2013
Label: cerita dan keluh kesah
0 komentar:
Posting Komentar or Reply Comment