Terbiasa bisa karena suka. Suka
juga bisa karena terbiasa.
Beberapa bulan belakangan, saya
lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Dengan sebegitu banyaknya
permasalahan yang ada di rumah, rasanya agak lama juga kehilangan momen-momen
untuk tertawa. Tersenyum mungkin sering, tapi tidak tertawa.
Sampai beberapa minggu yang
lalu, saya tersadar bahwa saya tidak boleh tinggal diam. Karena masih tidak
memungkinkan untuk kongkow bareng
teman-teman, akhirnya saya lebih memilih media sosial sebagai media saya untuk
mencari hiburan. Saya mulai lebih banyak follow
orang-orang yang saya anggap lucu dan cukup akrab dengan mata saya.
Tetapi pada akhirnya saya tidak
selalu mendapatkan hal yang patut saya tertawakan dari tulisan mereka. Sebagian
dari tulisan mereka adalah promosi dari apa yang mereka lakukan. Dan alhasil,
ketika saya bisa mendapati mereka di televisi, saya berusaha untuk tidak
melewatkannya.
Karena saya butuh tertawa.
Suatu hari, ada sebuah tur stand up comedy yang bergerak ke Malang.
Saya langsung berfikir untuk hadir dan tidak melewatkannya. Biayanya Rp 50.000,-.
Saya berfikir ulang. Saya mempunyai tabungan di kaleng bekas astor bergambar
Garfield. Tapi itu kelak akan saya pergunakan untuk pertama kalinya menonton
Indonesia Open 2014 (semogaaaaa…).
Tetapi akhirnya saya putuskan untuk menontonnya.
Bahkan untuk mengembalikan
perasaan senang ketika tertawa, saya harus membelinya.
Karena saya butuh tertawa.
Dan saya memang bisa tertawa.
Untuk pertama kalinya, saya tertawa sampai tenggorokan kering, dan susah untuk
berbicara. Saya sangat menikmatinya.
Esoknya, saya mulai mencari
hiburan lain. Setiap pagi dan siang, saya sempatkan untuk menonton stand up comedy. Entah itu yang sudah
saya tonton sebelumnya, maupun belum. Sampai kemudian, idola baru saya,
menginformasikan tentang jam siarnya yang sudah datang. Sebelum-sebelumnya ia
bukan tak pernah menginformasikannya, tetapi memang saya tidak menaruh
ketertarikan pada radio.
Beberapa hari yang lalu, saya
tidak menemukan sesuatu yang menarik. Sampai kemudian saya membaca info
siarannya. Saya pun menuju ke link
yang ditunjukkan olehnya. Tapi sayang, sinyal modem saya sangat lambat pada
saat itu. Suaranya pun terputus-putus. Sedih.
Esoknya, saya kembali streaming dengan sinyal pas-pasan. Tapi
kali itu saya lebih beruntung karena meskipun suaranya putus-putus, tapi lebih
bersahabat daripada sebelumnya. :)
Saat itulah, saya mulai menyukai
suara itu. Suara yang bersahabat dan membuat tertawa. Bukan hanya karena lucu,
tapi juga membahagiakan. Mungkin agak berlebihan, tapi begitulah.
Karena saya butuh tertawa.
Tertawa bagi sebagian orang
adalah menjadi sumber kebahagiaan. Begitupun bagi saya. Iya. Ketika saya
tertawa, saya berada dalam bahagia yang selalu berbeda setiap harinya.
Saya suka tertawa.
Dari tertawalah, saya bisa
mempelajari banyak hal. Bahwa manusia bisa menjadi satu ketika tertawa. Manusia
bisa lelah, mereka bisa meleburnya dengan tawa.
Dan saya bisa menghilangkan
keraguan akan dunia nyata dengan tertawa.
Tertawalah, sebelum tertawa itu
dilarang..
Tertawalah, sebelum banyak hal
yang nggak lucu yang habis untuk ditertawakan. :)
0 komentar:
Posting Komentar or Reply Comment