Judul Buku : Skripshit
Pengarang : Alitt Susanto
Penerbit : Bukune
Jumlah halaman : 304 halaman
Skripsi adalah salah satu ujian hidup yang menggemaskan.
Awal tahu buku ini, aku tak begitu tertarik. Aku berfikir pasti ini adalah salah satu buku yang terkena gelombang Raditisme atau penulis-penulis serupa Raditya Dika. Dan pandanganku saat itu, hanya Raditya Dika saja yang cocok dengan genre personal literature semacam itu.
Tapi kemudian, ketika ke toko buku, aku tidak menemukan buku mana yang benar-benar ingin aku beli. Waktu itu kebetulan sedang mencari bahan bacaan untuk dibaca di kereta. Aku melihat buku ini ada di deretan best seller. Aku coba baca beberapa paragraf secara acak, dan sepertinya aku mulai tertarik. Alhasil ia yang menjadi teman di kereta.
Tiga ratus empat halaman itu habis kubaca di kereta perjalanan dari Jakarta ke Malang. Memang dasarnya buku humor, tidak terhitung berapa kali aku tersenyum membacanya.
Tapi penulisnya tak hanya ingin pembacanya hanya tertawa-tawa membaca buku itu tanpa memperoleh pelajaran apapun. Banyak sekali pelajaran yang kudapatkan dari buku itu. Yang utama adalah, seperti nama bukunya Skripshit, ya pasti tenang skripsi. Bahwa bagaimanapun keadaannya, pada akhirnya skripsi memang harus diselesaikan. Sesukses apapun kamu ketika kuliah dan belum menyelesaikan skripsi, hidupmu masih belum sempurna. Apalagi kalau kamu nggak sukses, ya tambah nggak sempurna. :D
Iya, sampai sekarang aku masih belum sukses, dan masih belum menyelesaikan skripsi. Buku ini paling tidak mengingatkanku bahwa meskipun skripsi itu melelahkan, tapi harus diselesaikan.
Skripsi tak hanya tentang semangat dan dosen pembimbing yang bersahabat, tetapi juga tentang komputer mati karena petir, teman yang menghilangkan flashdisk berisi skripsi dan bapak kos yang meloakkan seluruh kertas hasil revisian.Tetapi tetap harus diselesaikan, kapanpun itu. :)
Isi buku ini tentang skripsi hanya bagian kecil saja, yang banyak adalah kisah hidup si penulis ketika duduk di bangku sekolah dan perkuliahan. Ia juga banyak bertutur tentang keluarganya, tentang dirinya, dan bagaimana ia bertahan hidup dengan sebuah plester di sudut matanya.
Ia mengingatkan bahwa kasih ibu sepanjang jalan.
Betapa kerasnya perjuangan ibu ketika anaknya mendapatkan musibah yang tidak ia inginkan.
Dan banyak jalan yang bisa diambil oleh seseorang. Tetapi hanya jalan yang benar yang akan ditunjukkan oleh Ibu. :)
Buku komedi yang sangat menampar. Bahwa hidup itu tak semudah kata-kata Mario Teguh. Tetapi jika kita mendapatkan cahaya yang benar, ia akan berjalan seindah itu. :)
Selamat membaca.. ^^
2 komentar:
smangat buat skripsinya :)
Betewe knapa pean gx nyoba nulis buku Mbak??
Senang rasanya bisa berkunjung ke website anda" mudah-mudahan
infonya bermanfaat Terimakasih sudah berbagi
Posting Komentar or Reply Comment