Kata Manusia Setengah Salmon, ketika kita ingin pindah, kita harus sudah siap untuk melupakan yang lama. Termasuk pindah hati. Nah. Bagaimana kalau tempat yang ingin dijadikan pindahan itu masa lalu?
Sejak dulu aku suka Conan. Iya. Conan yang itu. Manga Jepang karya Aoyama Gosho-sensei yang sekarang sudah sampai file 876.
Lantas apa hubungannya pindahan itu sama Conan?
Seperti pos sebelumnya, aku sering terlambat menyadari banyak hal, termasuk perasaan sendiri. Sebut saja ia, Kotaro Minami. Aku sadar aku menyukainya, ketika aku sudah tidak mampu menjangkaunya. Beberapa kali, ketika tersakiti oleh lawan jenis, entah kenapa penglihatanku mengarah ke ia. Dan hal itu tak hanya sekali. Gurauan teman-teman yang menyuruhku untuk mendekat padanya lagi, tak pernah aku gubris dengan sepenuh hati. Karena aku tak pernah tahu hatinya. Aku tak pernah tahu apa yang ada di balik senyumnya.
Trus apa hubungannya Kotaro Minami sama Conan?? Sabaaaaarrr.. :)
Aku tak pernah mau mengakui kepada teman-temanku bahwa iya, memang aku menyukainya. Biar aku bisa melampiaskan perasaanku tanpa diketahui siapapun, akupun berusaha mencari identitas lain yang serupa dengannya. Awalnya spiderman (karena kesukannya panjat dinding dan sukaku melihat punggungnya). Tapi tentu saja itu mudah ditebak. Dan bodohku, aku tak sadar bahwa sudah ketahuan oleh teman-temannya, aku malah membuat puisi macam-macam dan ku taruh di mading sekolah. Iya, aku tahu. Itu memalukan.
Suatu hari, kakak kelas yang namanya Mas Pink, yang suka gambar-gambar, ninggalin bindernya gletak'an begitu saja. Aku yang emang kadang-kadang pengen tau aja itu, langsung aja buka-buka bindernya. Isinya sih pelajaran-pelajaran yang sama sekali nggak aku ngerti. Nah, tiba-tiba aku menemukan lah sketsa Conan di dalam bindernya. Mirip, tapi nggak mirip. Tapi aku suka. Aku mulai ribut untuk meminta sketsa itu biar jadi milikku. Tapi ditolak olehnya. Aku tahu ia membuatnya dengan susah payah. Kemudian ia menanyakan alasanku, kenapa memintanya. "Aku suka. Aku suka Conan. Aku suka semua sketsa buatan Mas. Tapi entahlah ini mengingatkanku pada seseorang," jawabku. Kemudian ia melepaskan kaitan bindernya, mencabut kertasnya dan memberikannya padaku. Aku senang.
Alasan keduaku kenapa begitu tak bisa melepaskan Conan dari nyataku. Ia selalu menjadi penggiringku untuk menoleh kembali ke arahnya.
Ia berisi harapan
Ia berisi ketulusan
Ia berisi senyuman
Ia berisi kesalahpahaman yang tak berujung
Ia berisi perasaan tak menentu
Ia berisi arah
Ia berisi hal-hal indah yang tak pernah terkata
^^
0 komentar:
Posting Komentar or Reply Comment