Aku melihatnya dari cerita-ceritanya. Dari kebanggaannya menjadi salah satu orang yang ikut memperjuangkan kemerdekaan negaranya. Ia berjuang tanpa perlu mengangkat senjata. Begitu bangganya ia ketika bercerita kepada anak, menantu, cucu dan cicitnya tentang perannya dalam perjuangannya. Meski ia hanya bergelut dengan panci-panci dan kompor-kompor besar untuk tentara yang berjuang di medan laga.
Aku melihatnya dari keriput di wajah dan seluruh tubuhnya. Pertanda jika ada banyak hal yang telah ia lalui sampai usianya kini. Banyak suka susah ia lalui, dan kulit keriputnya menjadi saksi perjalanannya. Dari peluh yang ia lakoni setiap harinya membuahkan semangat yang tak putus kini..Bahkan usianya jauh lebih muda dibandingkan orang-orang yang seumuran anaknya. Ya! Semangat yang tak pernah padam ia peroleh dari kerja kerasnya dulu..
Aku melihatnya! Aku benar-benar melihatnya! Nyata diantaraku. Sosok luar biasa bagiku. Ia tak pernah benar-benar mengajariku sesuatu dulu. Perangainya memang kadang tak ramah. Boleh dibilang ketika orang tak dikenal diajaknya bicara, mereka pasti risih, jika memang mereka tak terbiasa bersama orang sepertinya. Tapi percayalah, ia memang baik. Jauh lebih ramah daripada makna ramah yang sebenarnya.
Ketika melihatnya kini, tak tahu apa yang ia rasakan. Di saat kawan-kawan sejawatnya mendapatkan dana pensiun dari negara atas jerih payah ikut berjuang, ia tidak. Tak pernah terdengar keluhan tentang itu. Ketika ada yang menyinggung pun ia hanya tersenyum (lebih tepatnya tak peduli). Entah karena benar-benar tak peduli apa memang sudah tak mau peduli lagi. Hanya ia yang tahu.
Sering kulihat dia menatap sesuatu dengan pandangan yang kosong. Entah apa yang ada dipikirkannya. Mungkin sejenak ia ingin kembali ke masa lalu. Bersama orang-orang yang ia sayangi secara utuh. Ia tak pernah mau dianggap tua dan enggan dilabeli dengan kata sifat yang berhubungan dengan tua. Ia masih segar beraktifitas di mata orang, tetapi di dalam tubuhnya, ia tersakiti sendiri. Rekan-rekannya sudah lebih dulu melalui maut, ia tak bergeming. Pernah sekali ia membicarakan tentang kerinduannya terhadap rekan-rekannya yang tak pernah dilihatnya sekarang ini. Tapi ia tak begitu saja putus asa terhadap kehidupannya. Ia tetap melanjutkan hidupnya dengan semangat.
Telinga, tubuhnya, otaknya, dan sekujur tubuhnya tak benar-benar menunjukkan berapa lama ia bergumul dengan kehidupan. Semua bagian tubuhnya tanpa terlihat oleh mata sudah termakan usianya. Ia tak lagi bisa mendengar setajam dulu, ia sudah lagi tak bisa melihat sejernih dulu, ia pun tak bisa mengingat sebanyak dulu. Tapi tak ada yang berubah darinya. Ia tetap menyebalkan. Tapi sungguh anak, cucu, cicitnya menyayangi sifatnya itu.
Dan aku bangga menyebutnya kakekku.. :D
kakek yang menyebalkan.. hehe..
0 komentar:
Posting Komentar or Reply Comment