Sebuah Cerita Ungkapan Ceria

"let's walk through this journey of life together" - RM

Apresiasi dan Media

Kita sedang membutuhkan ruang apresiasi. Iya. Mengapresiasikan prestasi yang telah diraih oleh anak bangsa. Indonesia tidak hanya berisi orang-orang yang sedang sibuk berebut "kursi" dan segala tetek bengek "permainan"nya. Indonesia sesungguhnya dihuni oleh mereka-mereka yang kaya akan prestasi dan saat ini sangat membutuhkan ruang apresiasi (menurut saya). Sudah terlalu banyak hal-hal yang berpengaruh negatif yang jadi langganan program televisi. Tidak dapat dipungkiri, televisi menjadi media yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran seseorang, apalagi jika ia tidak mengerti benar tentang "industri" yang ada di belakang televisi.


Bicara tentang televisi saat ini, tentu nggak bisa lepas dari yang namanya news (berita) dan pers (tentu saja). Saat ini fungsi pers agak melenceng menurut saya. Fungsi pers (seperti yang pernah saya terima waktu kuliah) adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. Kita urai satu-satu ya. Yang pertama sebagai media informasi. Tidak dapat kita pungkiri, televisi menjadi media yang paling berpengaruh dalam hal informasi. Kita dapat memperoleh informasi yang berlimpah dari televisi. Namun, tidak semua informasi yang diberikan televisi saat ini objektif. Media (apalagi televisi) sudah menjadi sarana yang paling empuk sebagai tunggangan pihak-pihak yang berkepentingan dengan citra. Hal itu menjadikan televisi tidak lagi menjadi media yang benar-benar memberikan informasi yang seharusnya.

Fungsi yang kedua adalah sebagai media pendidikan. Dominasi pendidikan media televisi sekarang adalah pendidikan politik. Tapi lihatlah, pendidikan seperti apa yang harus kita dapat dari televisi? Rasanya waktu masih di SD dulu, waktu PKn masih bernama PPKn, mati-matian kita diajari bab tenggang rasa, musyawarah untuk mufakat, toleransi, dan lain-lain, lha dalah itu yang harusnya ngasih contoh malah melakukan sebaliknya. Mungkin PPKn'nya nilainya 0. Kalau diamati lebih dalam, kita nggak mendapat pendidikan yang "baik" dari televisi. Mungkin jika diprosentasikan secara perhitungan asal, jumlah program yang memang benar mendidik tidak lebih dari 5 % saja.

Fungsi ketiga yaitu sebagai media hiburan. Fungsi televisi untuk hal ini mungkin fungsi yang paling maksimal dilakukan. Kenapa begitu? Ya memang segala yang ada di televisi adalah hiburan. Dan ironisnya, hiburan yang ada di televisi tidak lagi berisi hiburan yang memang hiburan. "Panggung" pemerintahan sudah menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat. Hiburan yang cenderung untuk "minta" ditertawakan.


Fungsi yang keempat adalah sebagai kontrol sosial. Dalam fungsi ini, terdapat unsur-unsur, yaitu : Social Participation (keikursertaan rakyat pada pemerintahan), Social Responbility (pertanggung jawaban pemerintah terhadap rakyat), Social Support (dukungan rakyat terhadap pemerintah) dan Social Control (kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah). Fungsi yang keempat ini menurut saya agak sedikit timpang. Mungkin tidak semua saluran televisi seperti itu, namun pada saat ini, media sangat didominasi oleh stasiun-stasiun televisi yang sebagian besar dengan program berita. Memang sekilas tidak ada yang salah seperti itu, namun ternyata tidak semua berita itu mengandung kontol sosial yang seharusnya. Saat ini, media cenderung sebagai pendikte dan berada di atas pemerintah. Seolah-olah mereka adalah pengendali atas pemerintah, dan tentu saja diatas namakan seluruh rakyat Indonesia. 

Indonesia memang sedang dalam masa krisis apresiasi. Media menempatkan seolah-olah Indonesia hanya diisi oleh-oleh rakyat dengan kondisi yang penuh dengan rasa pesimis. Indonesia tidak hanya berisi atlet sepakbola yang masih belum terbayar gajinya. Indonesia tidak hanya diisi oleh korupsi oleh sejumlah orang-orang "penting" negara. Indonesia tidak hanya tentang berbagai profesi baru berlabel mafia. Mafia hukum, mafia narkoba, mafia bola, mafia haji dan masih buanyaak lagi mafia-mafia yang ada di Indonesia.

Indonesia berisi banyak sekali orang-orang hebat yang hanya sesekali diberi apresiasi. Mereka sudah memberikan usaha terbaiknya untuk nama baik bangsa. Tapi tak seberapa orang yang tahu prestasi tersebut. Memang, di media internet dan media cetak sesekali dibahas. Tapi itu masih belum cukup memberikan apresiasi bagi mereka. Kedua media tersebut dirasa masih sangat kurang menjangkau masyarakat yang lebih luas. Masyarakat perlu tahu, bahwa ada orang di antara mereka yang mempunyai prestasi, tidak hanya pandai berpolitisasi. Masyarakat membutuhkan hal-hal yang terus membangkitkan optimisme mereka.

Siapa yang pernah tahu, bahwa Indonesia telah banyak mengukir prestasi lewat anak mudanya. Olimpiade Matematika, Fisika, Geografi, dan lain sebagainya telah banyak ditaklukkan oleh anak muda bangsa Indonesia. Tapi tidak semuanya mendapatkan tempat di media. Pernah ada yang tahu nggak, ada seorang mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan doktor di Universitas Fukui Jepang mendapatkan penghargaan ilmiah Great Scientific Exchange 2012 di Kansas, Amerikat Serikat?

Olimpiade 2012 di London selalu dikatakan sebagai prestasi terburuk dari badminton Indonesia. Bahkan saya ingat betul kata-kata Menpora (Andi Mallarangeng) waktu dimintai pendapat tentang hal tersebut, dia mengatakan bahwa "Sudah saatnya kita menghentikan ketergantungan emas kepada cabor badminton". Saya pribadi agak sedih sih mendengar kata-kata itu. Kenapa harus memakai kata seperti itu? Ya memang sih, bisa memacu cabang olahraga lain, ya tapi kan ya melukai badminton. Ya memang badminton juga pasti mempunyai kesalahan sistem sehingga olimpiade kali itu luput dari prestasi, tapi tidak serta merta mendeskreditkan mereka begitu saja. Apalagi Badminton telah memberikan begitu banyak prestasi bagi Indonesia. Atlet-atletnya mampu menembus peringkat 5 besar dunia. Tidak hanya satu-dua orang. Nama Indonesia pun cukup disegani di kancah Internasional, karena sudah dapat dipastikan, setiap mengikuti kompetisi, akan ada wakil Indonesia yang sampai di Semifinal dan Final. Dan selalu luput dari pandangan masyarakat.

Menghadirkan segala yang positif di media juga tidak baik. Karena hal itu tidak seimbang. Tuhan menciptakan manusia lengkap dengan kelebihan dan kekurangannya. Media pun sama seperti itu. Setidaknya pemberitaan tersebut seimbang. Pemberitaan yang positif dapat memberikan optimisme kepada masyarakat. Dan yang negatif bisa menjadi perbandingan dan sebagai media pembelajaran untuk kita.

0 komentar:

Posting Komentar or Reply Comment

About this blog

"Don't start with seeing, start with believing..."
-Master's Sun-

SayaSayaSaya

Foto Saya
metrika
perempuan yang sedang bermetamorfosa jadi semut keciill.. ^^
Lihat profil lengkapku

Blog Archive

Followers