Hujan dan banjir.
Topik yang hangat akhir-akhir ini. Menurut siklus musim
di Indonesia, Oktober-Maret adalah musim penghujan. Tak ada daerah di Indonesia
yang tidak merasakan hembusan air yang turun dari langit tersebut. Berbagai
macam reaksi penyambutan atas hujan pun beragam. Kecewa, sedu, senang, dan
berbagai kata sifat lainnya.
Yang saat ini kemudian membuat hujan menjadi luar biasa
heboh adalah hujan di Jakarta, apalagi. Daerah-daerah yang tiap tahunnya lolos
dari cengkeraman air bah itu, tiba-tiba meluap. Menutup semua akses jalan
menuju manapun. Harapan-harapan mulai goyah. Tapi Bangsa Indonesia tidak
selemah itu. Ribuan orang berbondong-bondong menunjukkan bahwa mereka adalah
makhluk yang super sosial. Dari berbagai stasiun TV, masing-masing program
acaranya beramai-ramai menunjukkan belasungkawa mereka atas bencana tersebut.
Tak hanya berhenti di sana saja, puluhan account twitter, baik yang sejak
semula memang bergerak di bidang sosial, maupun bukan, ramai-ramai mengadakan
posko penggalangan bantuan. Dan hei, itu sangat Indonesia sekali.
Terlepas dari maksud dan tujuan terselubung dari beberapa
pihak (mungkin), Bangsa Indonesia sudah menunjukkan bahwa mereka adalah Bhineka
Tunggal Ika. Sama seperti pepatah yang
mengatakan bahwa “Mata akan menangis
ketika tangan terluka”. Salah satu bagian Indonesia akan menangis, jika
bagian lain sedang terluka.
Sekarang daerah mana yang belum pernah merasakan sedihnya
terserang air bah itu? Bahkan di daerah dataran tinggi pun tak luput juga dari
serangan banjir. Sekarang masalah yang paling besar bukanlah seberapa banyak
kerugian dari bencana tersebut? Ya memang bla bla bla tentang itu memang
penting, tapi yang menurutku lebih penting adalah nafas untuk kehidupan setelah
bencana tersebut. Karena hal itu untuk
jangka yang jauh lebih panjang dari sekarang. Dan nggak hanya untuk kita
sendiri, tetapi juga untuk anak cucu kita kelak.
Di antara hal yang bisa memperpanjang nafas kita, menurut
saya pribadi, membuang sampah pada tempatnya adalah hal yang paling besar yang
bisa kita lakukan untuk mengurangi tingkat banjir di masa depan. Membuang sampah
pada tempatnya memang terdengar sebagai pekerjaan ringan, namun kenyataannya
tidak seringan itu. Orang-orang lebih terbiasa membuang sampah di sungai
ataupun di jalan-jalan. Alibi mereka sih, sampahnya cuma satu buah. Iya sih, satu
buah aja, hanya saja, nggak hanya satu orang yang berfikir seperti itu. Kalau
sepuluh orang membuang masing-masing satu buah sampah, akan ada sepuluh sampah
yang ada di sembarang tempat. Kalau satu kota berfikiran hal yang sama, akan
ada berapa tumpuk sampah yang berserakan di sembarang tempat?
Lihat Jakarta! Pintu Air Manggarai setiap harinya petugas
mengambil 6 ton sampah. Jakarta merupakan daerah dataran rendah. Sampah itu
memang sebagaian besar adalah milik orang-orang Jakarta yang membuang sampah
sembarangan, tetapi, orang-orang yang ada di dataran tinggi tempat dilaluinya
aliran sungai ke Jakarta tersebut juga turut andil atas banjir yang menimpa
Jakarta. Tak hanya berhenti pada Jakarta, daerah lain di Indonesia pun pasti
pernah mengalami kisah sedih menjadi korban banjir. Dan menurut saya, yang
paling berpengaruh dalam bencana banjir adalah sampah.
Sampai kapan kita mau menyakiti saudara-saudara kita yang
lain? Ketika membuang sampah, cobalah berfikir bahwa sampah yang kamu buang,
nantinya akan menjadi sumber kesedihan orang. Sejauh apapun rumah kamu ataupun
dimanakah domisili kamu sekarang, jauh-jauhkanlah pikiran kamu bahwa satu
sampah yang aku buang tak akan berakibat apapun! Jangan seperti itu. Tidak saat
itu, tetapi sampah itu akan berbicara lain.
Memulainya begitu sederhana. Apalagi kalau bukan dari
diri sendiri. Tidak usah buru-buru meyakinkan orang lain, tapi berilah contoh
pada dirimu sendiri. Tidak membuang sampah pada sembarang tempat, jika memang
kamu mempunyai sampah, pegang saja dulu, sampai kamu menemukan tempat sampah.
Atau taruh di dalam tasmu untuk sementara, sampai bertemu dengan tempat sampah.
Mulailah dari hal yang terkecil. Dan mulailah dari diri sendiri. Setidaknya hal
itu selalu menjadi pedoman hidup saya. ^^ Agak berlebihan mungkin, tapi ya
memang seperti itu. Ayo sama-sama kita berubah untuk masa depan yang lebih
baik.
0 komentar:
Posting Komentar or Reply Comment