Sebuah Cerita Ungkapan Ceria

"let's walk through this journey of life together" - RM

Saudara Kelinci


Kelinci adalah hewan yang sangat aktif. Ia selalu berlarian kemana-mana. Tak pernah ia merasakan kelelahan karena makanan yang ia makan selalu sehat. Kelinci juga adalah hewan yang sangat ramah. Ia akan menyapa semua hewan yang ia temui dan berbincang-bincang dengan mereka. Setengah dari kegiatannya adalah beramah tamah dengan hewan-hewan lain. Rutinitas itu pun tak pernah menjadi masalah bagi hewan-hewan lain bahkan mereka pun menyukai jika berbincang dengan kelinci, karena keramahannya. Kelinci juga adalah hewan yang tidak kaku dan suka bercanda.

Pada suatu hari, Kelinci merasa kesepian. Seharian ia tidak keluar rumah. Ia merindukan saudara-saudaranya yang telah merantau ke hutan lain. Sama seperti dirinya yang aktif, saudara-saudara kelinci pun menyukai hal yang sama. Seharusnya, hari ini adalah hari berkumpul keluarganya, tetapi semua saudara-saudaranya tidak ada yang datang. Kelinci sangat sedih. Ia takut keluarganya kini telah melupakannya.
“Kemana kakak dan adikku pergi? Kenapa tak ada yang datang sekarang?” batin Kelinci.
Akhirnya Kelinci keluar rumah. Dengan enggan ia berjalan menyusuri hutan. Tak seperti biasanya, ia tidak menyapa hewan-hewan yang berpapasan dengannya. Hal ini yang membuat hewan-hewan lain merasa kehilangan kelinci hari ini. Mereka heran dengan keadaan kelinci saat ini.
“Kak kelinci kenapa? Tidak biasanya murung terus?” tanya anak ayam.
“Eh, adik ayam... Tidak apa-apa,” jawab kelinci sambil menatap anak ayam. Ia kaget melihat anak ayam yang menyapanya itu. Ia berada di barisan paling belakang di antara ayam-ayam yang lain. Ia baru menyadari sesuatu, ayam-ayam ini selalu berjalan beriringan. Kemana-mana mereka selalu bersama.
“Kak kelinci bohong. Kalau tidak ada apa-apa kenapa murung terus?” tanya anak ayam yang lainnya.
“Iya iya.. tidak ada apa-apa kok. Eh, kalian mau kemana?” tanya kelinci mengalihkan perhatian anak-anak ayam tersebut.
“Ikut ibu, kak... Kita mau mengunjungi rumah nenek yang ada di hutan sebelah,” jawab anak ayam yang di belakang.
“Kelinci mau ikut ke hutan sebelah? Bukankah kakak kelinci ada di sana?” tanya Ibu ayam. Kelinci tergoda untuk mengikuti ajakan Ibu ayam. Tetapi ia urungkan niatnya untuk mengunjungi kakaknya di hutan sebelah. Karena tahun ini adalah giliran kelinci yang dikunjungi oleh saudara-saudaranya.
“Ah, tidak usah, Bu. Biar saya di sini saja. Saya mau jalan-jalan di sekitar hutan sini saja. Salam ke nenek ayam ya, Bu,” jawab kelinci.
“Ya sudah kalau begitu, kami pergi duluan ya... Ayo anak-anak!!” seru Ibu ayam.
“Ayoo... Kami duluan ya kak kelinci....” kata seluruh anak ayam serentak.
“Iyaaa... hati hati yaaa....” jawab kelinci.
Ayam-ayam itu pun pergi dan kelinci kembali melanjutkan jalan-jalan tak tentu arahnya. Ia masih saja berjalan dengan langkah gontai. Sampai saat ini tak ada tanda-tanda kehadiran saudara-saudaranya. Karena sudah letih berjalan, ia kemudian duduk di bawah pohon sambil bersandar di badan pohon. Tiba-tiba ia dikagetkan suara sapaan semut.
“Kelinci!! Sedang apa kamu disini?” sapa semut.
“Eh, semut. Tiba-tiba kamu ada di sini, aku jadi kaget. Sedang istirahat, mut. Kamu sendiri sedang apa?” jawab kelinci.
“Ini kami sedang pindahan. Rumah kami yang sebelumnya sudah hancur gara-gara hujan kemarin,” jawab semut. Kelinci melihat gerombolan semut-semut lain membawa cadangan makanan ke rumah baru mereka.
“Apa kalian selalu bersama-sama seperti ini?” tanya kelinci penasaran.
“Tentu saja. Kalau tidak, mana mungkin kami kuat membawa makanan yang besar-besar seperti ini,” jawab semut.
Dalam hati kelinci merasa iri. Ia ingin seperti ayam dan semut yang setiap hari selalu bersama saudara-saudaranya. Tidak seperti ia kini, yang hanya seorang diri sedang saudara-saudaranya yang lain berada jauh dengannya.
“Memangnya kenapa kelinci?” tanya semut kembali.
“Tidak apa-apa, hanya saja aku merasa iri adalah pada kalian semut. Kalian bisa bersama-sama setiap hari, tetapi aku tak seberuntung kalian,” cerita kelinci.
“Tentang saudara-saudara kelinci ya? Saudara-saudaraku juga banyak yang berada di hutan lain kok sama seperti saudaramu,” hibur semut.
“Tetapi meskipun begitu, semut tidak pernah sendirian. Sedangkan aku selalu saja sendirian,” kata kelinci bersedih.
“Siapa bilang kelinci sendirian. Di hutan banyak teman-teman kelinci, kita semua yang ada di hutan ini kan saudara,” hibur semut.
“Tetapi aku kelinci sendiri. Kakak, adik dan seluruh keluargaku tak ada bersamaku kini. Aku sedih, semut,” cerita kelinci.
“Kak cicak kan juga sama seperti kelinci. Dia juga sendirian, tetapi dia tak pernah bersedih dan mengeluh karena sendirian,”hibur semut kembali.
“Iya kelinci... Aku juga sama sepertimu, seluruh keluargaku merantau ke hutan lain. Tetapi aku bahagia di sini, karena semua hewan di sini juga keluargaku,” kata cicak tiba-tiba. Kelinci tak menyadari kalau dari tadi cicak berada di dekatnya sambil mendengarkan keluhan kelinci. Kelinci baru menyadari bahwa memang ia tidak sendirian. Semua kawan-kawannya di hutan ini memang saudara-saudaranya. Sama dengan saudaranya yang kini merantau.
(Metrika Woro Anjari)
untuk SDN Argotirto I (KKN Kelompok 3-UMM 2011)

0 komentar:

Posting Komentar or Reply Comment

About this blog

"Don't start with seeing, start with believing..."
-Master's Sun-

SayaSayaSaya

Foto Saya
metrika
perempuan yang sedang bermetamorfosa jadi semut keciill.. ^^
Lihat profil lengkapku

Blog Archive

Followers